Orientalisme adalah gelombang pemikiran yang mencerminkan berbagai
studi ketimuran yang islami. Yang dijadikan objek studi ini mencakup peradaban,
agama, seni, sastra, bahasa, dan kebudayaan. Gelombang pemikiran ini telah
memberikan andil besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap Islam dan dunia
Islam. Caranya ialah dengan mengungkapkan kemunduran pola pikir dunia Islam
dalam rangka pertarungan peradaban antara Timur (Islam) dengan Barat (Yahudi
dan Nasrani).
Juan de Sevilla, Salah satu orientalis Yahudi yang masuk Kristen telah menyadur empat buah buku berbahasa Arab karya Abu Ma’syur Al-Balkhi (1133 M) |
Awal
Kemunculannya
Sungguh
sulit menentukan secara pasti awal tumbuhnya Orientalisme. Sebagian sejarawan
cenderung bahwa Orientalisme bermula dari zaman Daulah Islamiah
di Andalusia (Spanyol). Sebagian lain mengatakan bahwa organisasi
ini bermula ketika terjadi Perang Salib.
Khusus
tentang Orientalisme Ketuhanan (Lahuti), keberadaannya sudah tampak secara
resmi sejak dikeluarkannya keputusan Konsili Gereja Viena tahun
1312 M dengan memasukkan materi bahasa Arab ke berbagai Universitas di Eropa.
Orientalisme
muncul di Eropa pada penghujung abad 18 M. Pertama kali muncul di Inggris tahun
1779 M; di Prancis tahun 1799 dan dimasukkan ke dalam Kamus Akademi Prancis
pada tahun 1838.
Gerbert de
Oraliac (938 — 1003 M),
seorang pendeta Venezia, pergi ke Andalusia. Di sana ia belajar kepada seorang
profesor. Setelah kembali, ia terpilih sebagai pendeta agung dengan gelar
Silvester II (999 — 1003 M). Dengan demikian, ia adalah paus pertama dari
Prancis.
Tahun 1130
M, kepala uskup Toledo menerjemahkan beberapa buku ilmiah Arab. Kemudian, jejak
ini diikuti oleh Gerard de Cremona (1114 — 1187 M) dari Italia.
Ia pergi ke Toledo dan menerjemahkan buku tidak kurang dari 87 judul di bidang
filsafat, kedokteran, astronomi, dan geologi.
Di Perancis,
muncul Pierre le Venerable (1094 — 1156), seorang pendeta Venezia
dan kepala biarawan Cluny, membentuk kelompok penerjemah untuk mendapatkan
pengetahuan objektif tentang Islam. Ia sendiri adalah orang pertama yang
menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Latin (1143 M). Adapun penerjemahan ke dalam
bahasa Inggris dilakukan pertama kali oleh Robert of Ketton.
Juan de
Sevilla, Yahudi
yang masuk Kristen ini, muncul pada pertengahan abad ke-12 dan menaruh
perhatian pada bidang astronomi. Ia telah menyadur empat buah buku berbahasa Arab
karya Abu Ma’syur Al-Balkhi (1133 M) yang tugas penerjemahannya
dibantu oleh Adelard.
Roger Bacon
(1214 — 1294 M) dari
Inggris menuntut ilmu di Oxford dan Paris dan meraih gelar doktor di bidang
teologi. Ia menerjemahkan buku berbahasa Arab Mir’at al-Kimia tahun 1251 M.
Orientalis-Orientalis
yang Objektif
- Hardrian Roland (meninggal tahun 1718 M) adalah profesor bahasa-bahasa Timur pada universitas Utrecht, Belanda. Ia menulis buku Muhammadanism, dua jilid, dalam bahasa Latin (1705 M). Tetapi, gereja-gereja Eropa memasukkan buku tersebut sebagai buku terlarang, padahal tuisan-tulisannya objektif.
- Johann J. Reiske (1716-1774 M), seorang orientalis Jerman pertama yang patut diingat, dituduh zindik (ateis) karena sikapnya yang positif terhadap Islam. Ia sangat berjasa dalam mengembangkan dan menampilkan Arabic Studies di Jerman.
- Silvestre de Sacy (meninggal 1838 M), seorang orientalis yang menekuni sastra dan nahwu, menghindar untuk terlibat dalam pengkajian Islam. Ia juga sangat berjasa dalam menjadikan Paris sebagai pusat pengkajian Islam. Salah seorang yang pernah berhubungan dengan beliau adalah Syekh Rifa’ah Thanthawi.
- Thomas Arnold (1864 — 1930 M) dari Inggris, menulis buku yang berjudul Preaching in Islam, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, Urdu, dan Arab.
- Gustac le Bon, dikenal sebagai orientalis dan filosof materialis. Ia tidak pernah percaya kepada agama. Pada umumnya kajian dan buku-bukunya menyoroti peradaban Islam. Kajian-kajiannyalah yang menyebabkan orang-orang Barat tidak mempedulikan dan tidak menghargainya.
- Z. Honke adalah penulis yang karyanya dinilai objektif karena menampilkan pengaruh peradaban Arab terhadap Barat. Matahari Arab Bersinar di Barat adalah di antara bukunya yang termasyhur.
Jakck Burke,
Anne Marie Simmel, Thomas Carlyle, Renier Ginaut Dr. Granier, dan Goethe adalah orientalis-orientalis
yang tergolong moderat.
Orientalis
Fanatik
- Goldziher (1850 — 1920 M), orientalis berdarah Yahudi, penulis buku Sejarah Aliran-Aliran Tafsir dalam Islam, adalah tokoh Islamic Studies di Eropa. Ketokohan dan sekaligus kefanatikannya tidak dapat diingkari.
- J. Maynard, orientalis Amerika yang sangat fanatik ini termasuk salah seorang anggota dewan redaksi majalah Islamic Studies.
- S.M. Zwemer, orientalis dan zending Kristen, adalah pendiri majalah Islamic Memasung Akidah, terbit tahun 1908 M dan Al-Islam yang merupakan kumpulan makalah yang disampaikan pada muktamar Kristenisasi II tahun 1911 M di Lucknow India.
- G. Von Grunebaum, Yahudi berkebangsaan Jerman yang belajar di universitas-universitas Amerika. Ia menulis Upacara-Upacara Agama Muhammad yang terbit tahun 1951 M dan beberapa studi tentang sejarah kebudayaan Islam, diterbitkan tahun 1854 M.
- A.J. Wensinck adalah orientalis yang sangat memusuhi Islam. Bukunya yang berjudul Akidah Islam yang terbit tahun 1932, mengandung banyak kecaman terhadap Islam.
- K. Cragg, orientalis Amerika yang sangat fanatik ini menulis buku Dakwah dan Menara Azan yang terbit tahun 1956 M.
- L. Massignon adalah salah seorang zending Kristen berkebangsaan Prancis yang pernah menjadi penasihat pada Departemen Koloni Prancis Urusan Afrika Selatan. Bukunya yang terkenal ialah Hallaj, Shufi yang Shahid dalam Islam, terbit tahun 1922 M.
- D.B. Mac Donald, berkebangsaan Amerika, adalah seorang orientalis dan zending Kristen yang terkenal fanatik. Ia menulis buku Perkembangan Ilmu Kalam, Fikih dan Teori Undang-Undang Negara, terbit pada tahun 1930 M, dan Sikap Agama Terhadap Kehidupan Menurut Islam, terbit tahun 1908 M.
- M. Green, sekretaris dewan redaksi majalah Timur Tengah.
- D.S. Margoliouth (1885 — 1940 M), orientalis Inggris yang sangat fanatik ini pernah menelorkan Thaha Husain dan Ahmad Amin dari sekolahnya. Buku-bukunya antara lain:
-Perkembangan Baru dalam Islam, terbit tahun 1943 M.
-Muhammad Menjelang Kelahiran Islam, terbit tahun1905
M.
-Universitas Islam, terbit tahun 1912 M
- A.J. Arberry, juga orientalis Inggris yang sangat fanatik memusuhi Islam. Bukunya yang terkenal antara lain:
-Islam Dewasa ini, terbit 1943 M.
-Tashawwuf, terbit 1950 M.
- Baron Carra de Vaux, orientalis Prancis yang sangat fanatik memusuhi Islam dan termasuk tokoh penting dewan redaksi Ensiklopedia Islam.
- H.A.R. Gibb (1895-1965 M), orientalis Inggris, menulis buku Mohammedanizm, terbit tahun 1947 M dan Aliran-Aliran Modern dalam Islam terbit 1947 M.
- R.A. Nicholson, orientalis Inggris yang menolak kespiritualan Islam, menganggap Islam sebagai agama materialistik dan tidak mengakui keluhuran manusia. Bukunya yang terkenal ialah Shufi-Shufi Islam tahun 1910 dan Sejarah Kesusastraan Arab tahun 1930 M.
- Henry Lammens (1872-1937), orientalis fanatik menulis buku Al-Islam dan Tha’if. Ia juga termasuk dewan redaksi Ensiklopedia Islam.
- J. Schacht, penulis buku Ushul Fikih Islam, terkenal sebagai orientalis Jerman yang sangat fanatik memusuhi Islam.
- Blachere, pernah bekerja pada Departemen Luar Negeri Prancis sebagai staf ahli untuk urusan Arab dan umat Islam.
- Alfred Guillaume, orientalis Inggris yang sangat fanatik memusuhi Islam, penulis buku Al-Islam.
Pemikiran
dan Doktrin-doktrinnya
Pertama:
Motivasi Orientalisme
1. Motivasi
Agama
Motivasi agamalah yang melatarbelakangi pertumbuhan
orientalisme yang berlangsung begitu lama. Sasaran-sasaran gerakan orientalisme
antara lain:
- menumbuhkan keragu-raguan terhadap keyakinan umat atas kerasulan Muhammad SAW. dan menganggap hadis Nabi sebagai perbuatan umat Islam selama tiga abad pertama;
- menumbuhkan keraguan terhadap kebenaran Alquran dan memutarbalikannya;
- memperkecil nilai fikih Islam dan menganggapnya sebagai adopsi dari hukum Romawi;
- memojokkan bahasa Arab dan menjauhkannya dari ilmu pengetahuan yang semakin berkembang;
- menampilkan Islam kepada sumber Yahudi dan Nasrani; dan
- mengkristenkan umat Islam.
2. Motifasi
Ekonomi dan Penjajahan
Lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan
raksasa dan pihak pemerintah sendiri telah mengeluarkan biaya sangat besar
untuk para peneliti dalam rangka mengenal lebih jauh kondisi negara-negara
Islam melalui laporan lengkap mereka. Penelitian tersebut sangat digalakkan,
terutama pada masa sebelum penjajahan Barat dalam abad ke-19 dan ke-20 M.
3. Motivasi
Politik
- Melemahkan semangat ukhuwah islamiah dan memecah-belah umat agar mudah dikuasai.
- Menghidupkan bahasa Arab ‘amiyyah (pasaran) dan mengkaji adat istiadat yang berlaku.
- Para pegawai di negara-negara diarahkan untuk mempelajari bahasa asing agar memahami seni dan agama penjajah, tujuannya agar mereka mudah dipengaruhi dan dikuasai.
4. Motivasi
Keilmuan
Sebagian orientalis ada yang mengarahkan penelitian
dan analisisnya semata-mata untuk pengetahuan. Sebagian yang lain ada yang
sampai kepada esensi Islam dan bahkan masuk Islam, seperti Thomas Arnold
yang telah mempunyai andil dalam menyadarkan kaum muslimin dengan bukunya The
Preaching in Islam, dan Dinet yang telah masuk Islam dan tinggal di
Aljazair. Ia menulis buku Sinar Khusus Cahaya Islam. Ia meninggal di
Prancis dan di kubur di Aljazair.
Kedua: Karya
Tulis Orientalis yang Penting
- Sejarah Kesusastraan Arab, Carl Brockelmann (wafat 1956 M).
- Ensiklopedia Islam, cetakan pertama terbit dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman, antara tahun 1913 – 1938 M. Cetakan berikatnya diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Prancis saja, 1945 — 1977 M.
- Mu’jam Mufahras li Alfazhi Al-Hadis, sebuah kamus untuk mencari lafaz-lafaz hadis. Mu’jam ini mencakup Kutub al-Sitta, kumpulan hadis yang terhimpun dalam kitab yang enam, ditambah dengan Musnad Darimi, Muwaththa’ Imam Malik , Musnad Imam Ahmad bin Hambal. Mu’jam ini terdiri atas tujuh jilid dan beredar sejak tahun 1936 M sampai sekarang.
Ketiga:
Muktamar dan Organisasi
Pada tahun 1873 di Paris telah diselenggarakan
Muktamar orientalis pertama. Setelah itu, muktamar sejenis diselenggarakan
berkali-kali. Hingga sekarang tidak kurang dari 30 kali muktamar tingkat
internasional telah diselenggarakan, belum lagi berupa diskusi, seminar, dan
pertemuan-pertemuan yang bersifat regional, seperti muktamar orientalis Jerman
yang diselenggarakan di kota Dresden, Jerman Barat, tahun 1849 M. Sampai
sekarang muktamar seperti itu masih tetap berlangsung. Dalam kegiatan itu, hadir
ratusan ilmuwan orientalis. Dalam muktamar Oxford, misalnya, telah hadir tidak
kurang dari 900 ilmuwan dari 25 negara, 80 universitas dan 69 lembaga ilmiah.
Kegiatan itu ditunjang oleh lembaga-lembaga orientalisme, seperti lembaga
Asiatik di Prancis yang didirikan tahun 1822 M. lembaga Hak Milik Asia di
Inggris, didirikan tahun 1823 M; lembaga Orientalisme Amerika, didirikan tahun
1842 M dan lembaga Orientalisme Jerman, didirikan tahun 1845 M.
Keempat:
Majalah-Majalah Orientalis
Mereka memiliki majalah dan penerbitan dalam jumlah
besar, lebih dari 300 majalah dan bentuknya yang beraneka ragam dan dalam
berbagai bahasa, antara lain:
- The Muslim World, didirikan oleh Samuel Zwemer (meninggal tahun 1952 M) di Inggris. Ia menjadi ketua gerakan kristenisasi di Timur Tengah tahun 1911 M.
- Mir Islama, terbit di Petersburg tahun 1912 M, tetapi majalah ini tidak berumur panjang.
- Sumber Air Timur, diterbitkan di Wina, 1809 – 1818 M.
- Islam, terbit di Paris, 1895 M. Pada tahun 1906 M, majalah ini diubah menjadi majalah Islamic World yang diterbitkan oleh misi ilmiah Prancis di Maroko, terakhir kemudian berubah lagi menjadi majalah Islamic Studies.
- Tahun 1910 M di Jerman, terbit sebuah majalah berbahasa Jerman, Des Islam.
Kelima:
Orientalis Mengabdi Penjajah
Carl Heinrich Becker (meninggal tahun 1933 M) adalah pendiri majalah Islam
di Jerman. Ia melakukan kajian tentang Timur untuk kepentingan penjajahan di
Afrika.
Barthold (meninggal tahun 1930 M), pendiri majalah The Muslim World Rusia,
melakukan penelitian untuk kepentingan Rusia di Asia Tengah.
Snouck Horgronje dari Belanda (1857 – 1936) pernah datang ke Mekah
tahun 1884 dengan nama Abdul Ghaffar. Ia tinggal di Mekah selama
kurang lebih setengah tahun. Kemudian, kembali dengan membawa sejumlah laporan
untuk kepentingan penjajahan di dunia Islam bagian Timur. Sebelumnya ia pernah
tinggal di Indonesia selama 17 tahun.
Lembaga bahasa-bahasa Timur di Prancis didirikan tahun
1885 M, bertugas sebagai pengumpul data dan informasi tentang negara-negara
Timur untuk memudahkan penjajah menancapkan kukunya di kawasan-kawasan
tersebut.
Keenam:
Ide-Ide Orientalisme yang Sangat Berbahaya
George Sale, dalam kata pengantar terjemahan Alqurannya (1736 M),
menyatakan bahwa Alquran adalah produk dan karangan Muhammad: ini, kata dia,
tidak dapat dibentah.
Richard Bell menganggap Muhammad dalam menyusun Alquran telah
mengambil sumber Yahudi, khususnya Perjanjian Lama dan sumber Nasrani.
Reinhart Dozy (meninggal 1883 M) menganggap bahwa Alquran mengandung selera sangat buruk,
di dalamnya tidak ada yang baru, kecuali sedikit. Selain gaya bahasanya yang
tidak menarik, kalimat-kalimatnya terlalu panjang dan membosankan.
Menteri urusan koloni di Inggris di dalam salah satu
isi laporannya yang disampaikan kepada kepala pemerintahan pada 9 Januari 1938
menyatakan, “Kami telah mengambil pelajaran dari perang, ternyata persatuan
Islam adalah sangat berbahaya. Ini harus diperangi oleh Kerajaan. Bukan hanya
kerajaan yang merasakan demikian, tetapi juga Prancis. Kami sangat bahagia
karena khilafah Islamiyyah telah hilang dari peredaran. Saya berharap semoga
tidak akan muncul kembali.”
Saledon Amous berkata, “Ajaran Muhammad hanyalah merupakan
perundang-undangan Romawi bagi sebuah kerajaan Timur, terutama dalam soal
politik dan peraturan hak milik.” Ia berkata lebih lanjut, “Perundang-undangan
Muhammad tidak lain hanyalah perundang-undangan justinianus yang berbaju Arab.”
Filosof Prancis Ernest Renan berkata,
“Filsafat Arab adalah filsafat Yunani yang ditulis dengan huruf Arab.”
Sedangkan Louis Massignon, tokoh perusak
ini, menganjurkan agar bahasa Arab ditulis dengan huruf latin dan menggunakan
bahasa ‘Amiyyah.
Catatan
Meski
demikian, orang-orang orientalis cukup berjasa dalam menggali buku-buku warisan
Islam dan disebarkannya setelah ditahqiq dan disistematiskan.
Banyak di
antara mereka yang memiliki metodologi ilmiah dan ketelitian dalam mentahqiq,
menyaring dan menelusuri persoalan.
Orang yang
jernih pemikirannya dan objektif di dalam menilai Islam, kebanyakan mereka
justru memeluk Islam. Kini, perkembangan orang-orang Barat dalam memeluk Islam
semakin kuat.
Dengan
demikian, meskipun di satu sisi pemikiran para orientalis itu mengacaukan bagi
umat Islam, tetapi di sisi lain, karya-karyanya mengembangbiakkan penganut
Islam di sarangnya sendiri. Orang yang berpikiran rasional akan meneliti lebih
jauh tentang tulisan yang bersifat tidak rasional.
Dari sinilah
para intelektual Barat banyak yang mengkaji tentang Islam. Akhirnya, melihat
betapa tingginya nilai yang terkandung di dalam Alquran, mereka banyak yang
masuk Islam.
Seorang
muslim hendaknya kritis dalam menelaah karya-kerja mereka, seraya berhati-hati
terhadap hal-hal yang merusak dan menyimpang. Bagi para pelajar, yang masih
pemula dalam memahami Islam, diharapkan untuk tidak membaca buku-buku karya
mereka (orientalis fanatik) karena akan membahayakannya.
Orang yang
dalam taraf belajar biasanya fanatik kepada apa yang telah dibacanya, apalagi
melihat buku yang dibacanya tebal dan ditulis oleh seorang pakar. Oleh karena
belum memiliki daya pikir untuk menilai suatu bacaan, seorang pelajar akan
mempercayai hasil bacaannya tanpa mengkaji lebih jauh.
Seorang
muslim harus membuang yang salah atau membongkar kesalahannya kemudian
dilakukan penolakan. “Hikmah adalah barang hilang milik kaum muslimin. Di
mana saja ia ditemukan, kaum muslimin berhak memilikinya.”
Akar
Pemikiran dan Sifat Ideologinya
Sebenarnya
orientalisme adalah akibat gesekan yang terjadi antara Timur (Islam) dan Barat
(Nasrani) pada masa Perang Salib melalui delegasi-delegasi resmi ataupun
melalui perjalanan-perjalanan. Pendorong utamanya adalah teologi Nasrani yang
berambisi menghancurkan Islam dari dalam dengan cara tipu daya dan kecurangan.
Pada
masa-masa terakhir ini, orientalisme bagaimanapun juga mulai tampak melepaskan
diri dari belenggu tersebut dan beralih mendekati semangat ilmiah.
Penyebaran
dan Kawasan Pengaruhnya
Barat
merupakan arena gerakan kaum orientalis. Mereka terdiri atas orang-orang
Jerman, Inggris, Prancis, Belanda, dan Hongaria. Mereka sebagian muncul di
Italia dan Spanyol. Sekarang Amerika merupakan pusat orientalisme dan
pengkajian Islam.
Pemerintah,
lembaga-lembaga ekonomi, yayasan dan bahkan gereja tidak segan-segan menguras
dana keuangan dan dukungan. Mereka juga menyediakan fasilitas untuk pengkajian
keislaman di universitas-universitas, sampai jumlah orientalis menjadi ribuan
orang.
Gerakan
orientalisme diciptakan untuk mengabdi kepada gerakan Kristenisasi dan
penjajahan. Terakhir gerakan ini dimanfaatkan kaum Yahudi dan Zionisme
untuk kepentingannya dalam rangka melumpuhkan Timur (yang islami) dan
menancapkan dominasinya, baik langsung maupun tidak langsung.
{ 2 komentar... read them below or add one }
Nambh wwsn
Mohon shared..maklumat yg bagus..
Posting Komentar